Krida MOUNTENERING
Mountaineering berasal dari kata “mountain” yang
berarti gunung. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari
tiga tahap kegiatan, yaitu :
Secara bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Hill Walking/Hiking
Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan
mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak
terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam
hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki
sebagai media utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat
jelajah (di kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai
alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam
pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah
dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya
lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai
‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan
sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan
dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan
tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai
dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling
ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti
karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, saling, dan sederetan
peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan
medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing
ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat!.
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air),
sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor
lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat
tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering
seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik,
bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai
level kegiatannya.
2. Wall Climbing
Climbing adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing.
Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal.
Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai,
pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang
yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.Di dalam arti yang sebenarnya memang
climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya
panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing),
Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
3. Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu
membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang
didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang
sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga
menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan
teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
4. Ice and Snow
Climbing
Ice and Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu
membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang
didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang
sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga
menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan
teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
ALAT CLIMBING
1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila
jatuh.Dianjurkan jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh
UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang
tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan
belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah
10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :
1.
Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali
static digunakan untuk rappelling.
2.
Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna
mencolok (merah, jingga, ungu).
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate
yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
a. Carabiner Screw
Gate (menggunakan kunci pengaman).
b. Carabiner Non Screw
Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling
Sling biasanya
dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara
lain :
a. sebagai penghubung
b. membuat natural
point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
c. Mengurangi gaya
gesek / memperpanjang point
d. Mengurangi gerakan
(yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan
gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay
atau rappelling.
5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan
membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada
tali.
6. Harnes / Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau
mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
a. Seat Harnes,
menahan berat badan di pinggang dan paha.
b. Body Harnes,
menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah
langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan
dalam pemanjatan :
1. Sepatu yang lentur
dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya
menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
2. Sepatu yang tidak
lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada
tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat
tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan
pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua
macam anchor, yaitu :
1. Natural Anchor,
bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan,
dan sebagainya.
2. Artificial Anchor,
anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki.
Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar